Senin, 16 Juli 2007
Bisnis atau Merugi?
Sepak terjang media mulai surut. Alhasil, ini berbeda 360 derajad dengan dengan dekade 90-an. Tetek bengek isu termaktub di media yang terhitung masih hijau. Dari isu politik hingga urusan selangkangan, tersebar tak berbatas. Namun ini tak bertahan lama. Seleksi pasar menjadi sebuah nilai alami untuk meruntuhkan bisnis ini. Sekali lagi, masyarakat menjadi penentu persaingan sekaligus kalah menangnya sebuah media dalam percaturan bisnis.
Selain masyarakat, raupan untung sebuah media bisa dilihat dari gencarnya iklan yang masuk. Bagi pemodal cekak, iklan menjadi salah satu hal yang paling menguntungkan. Lain halnya dengan pemain lama nan berkantung tebal. Iklan bisa menjadi nomor dua. Pemasukan bisa diraih dengan cara lain, ngutang bank, misalnya.
Disadari atau tidak, budaya bangsa kita masih bersandar pada budaya tutur. Budaya membaca masih jauh panggang dari api. Jadinya, untung tidaknya sebuah media tidak bisa semata-mata dilihat dari laris manisnya sebuah media di pasaran. Bisa dipahami, iklan menjadi kue rebutan bagi media.
Para pembaca dihadapi pada pilihan yang cukup sulit. Pemasang iklan terkadang bisa menentukan bobot berita untuk ditampilkan. Bagi media yang berorientasi pada isu politik, hal ini bisa menyesatkan. Bisa jadi, isu politik bakal terpanah oleh kepentingan iklan. Rancu jadinya.
Keberpihakan media untuk mengangkat isu merupakan hal utama yang harus dijadikan pengamatan pembaca. Bukan saatnya lagi, pembaca dijadikan obyek semata. Pembaca harus menentukan, mana media yang layak baca dan mana yang tidak. Kepentingan media sama dengan orang bisnis, yaitu untung rugi. Mari kita berhati-hati menyikapi isu yang dilontarkan oleh sebuah media.
Selamat 'membaca' media...
Langganan:
Postingan (Atom)