Kekuatan media sebenarnya terletak pada posisinya yang sangat strategis, dia bisa menjadi lokus/ wilayah/ sekedar mempertukarkan informasi, namun sebaliknya bisa pula menjadi agen perubahan. Penjelasan ini memungkinkan, jika kita kembali mengkaji kebijakan (politik pemberitaan) sebuah media. Atau jika kita memasuki wacana ilmu komunikasi, secara metodologis kesemuanya itu bisa dijelaskan melalui analisa isi.
Mengkaji media, tak bisa lepas dari bias keberpihakan. Mustahil media bisa lepas dari keberpihakan, mengingat media adalah sebuah bangunan yang sistemik dan tak bisa lepas dari lingkungan atau kelompok sosial yang lain. Keberpihakan inilah yang pada akhirnya menimbukan ‘pertarungan’. Pertarungan bisa saja didasari oleh kepentingan masing-masing media. Kepentingan itulah yang kita sadari bisa membawa khalayak ke arah konflik.
Konteks Indonesia: Bisakah Masyarakat Menjadi Khalayak Aktif?
James Lull mendiskripsikan, bahwa informasi yang ditawarkan media yang mempunyai kepentingan ideologis, tidak dimakan ‘mentah-mentah’, namun diapresiasi kembali oleh masyarakat, diinterprestasi kembali oleh masyarakat. Dan itulah yang disebut realitas. Masyarakat demikianlah, yang disebut khalayak aktif. Media dalam hal ini adalah sebuah meme (memiliki daya kekuatan dari dalam dirinya untuk menulari lingkungan).
Konteks tersebut yang bisa kita kaji kembali. Terutama dalam hal ini adalah masyarakat Indonesia. Dimensi sosiologis menitikberatkan pada gerakan rasio dan kesepahaman dalam memaknai realitas. Realitas yang dipakai oleh kebanyakan masyarakat Indonesia adalah realitas yang ada di media. Sikap skeptis belum tertanamkan secara sistematis. Kontroversi inilah yang bisa dijadikan tolok ukur, apakah sebenarnya media yang ada di Indonesia menghegemoni khalayak?
Pertarungan wacana pada media kita, masih berkutat pada persoalan elit, dan merupakan representasi dari ‘idiom demokrasi’ versi negara yang mempunyai kekuatan dominan dalam mengirimkan arus informasi. Maka kita tak heran jika kita akan dijejali oleh pemberitaan menganai pertarungan politik di DPR/MPR maupun hiburan tentang telenovela, sinetron dan iklan yang bisa jadi menyesatkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar